Music Is My Life


WeLcome To My Blog

Cari Blog Ini

Minggu, 18 April 2010

Musik Dari Masa ke Masa


Perkembangan musik klasik dapat dikelompokkan dengan berbagai sistem. Sebagai contoh ialah yang mengacu pada perkembangan tekstur musikal, seperti periodesasi yang di buat oleh Ewen (1963:7-13):
1. Era Kuno /Antiquity (- 500)

Musik Barat Awal terbentuk oleh tiga komponen budaya meliputi
tradisi-tradisi yang tidak sepenuhnya Eropa:
Pertama,Timur Tengah dan Mesir Kuno
(daerah Mesopotamia di sekitar sungai Tigris dan Euphrate yang didiami suku-suku bangsa Sumeria, Babylonia, dan Assyria) meninggalkan artefak gambar-gambar instrumen musik yang sudah lengkap (idiofon, aerofon,kordofon, dan membranofon)
untuk memainkan himne yang diukir pada batu tahun 800 SM. Lima ratus tahun
kemudian Bangsa Mesir melakukan hal yang sama, sedangkan bangsa Yahudi tercatat sejak tahun 2000 SM dan didokumentasikan dalam Kitab Perjanjian Lama yang lebih berkembang karena kemudian diadobsi dan diadaptasikan dalam liturgi agama Kristen kemudian. Tradisi peribadatan Yahudi di synagoge(kuil) berupa gaya menyanyi silabis dan melismatis
hingga kini tetap digunakan di seluruh dunia.
Kedua, Yunani Kuno,
merupakan budaya yang paling berpengaruh pada perkembangan musik di Barat melalui bangsa Romawi yang menaklukkan mereka tetapi sekaligus banyak mengadobsi budayanya. Sejarah Yunani baru mulai sekitar tahun 1000 SM tetapi segera mempengaruhi bangsa-bangsa sekitarnya. Dua dewa yang paling dipuja bangsa Yunani Kuno adalah Apollo dan Dionysus—kelak menjadi prototipe dua kutub aliran estetika yang saling berlawanan yakni klasik dan romantik.
Pemuja Apollo, memainkan instrumen musik berdawai kithara
sejenis lyre adalah kaum yang berwatak objektif terhadap ekspresi, sederhana, dan jernih. Sebaliknya pengikut Dionysus suka memainkan instrumen tiup aulos, bersifat subjektif, emosional, dan
berhawa nafsu besar. Doktrin etos seperti yang dijelaskan filsuf Plato dan
Aristoteles meyakini bahwa musik memberikan efek langsung pada
perilaku seseorang yang mendengarkannya. Akibatnya, sistem sosial dan
politik menjadi belit-membelit dengan musik, pendidikan berfokus pada
musik dan olahraga senam (musica dan gymnastica), bahkan untuk
membentuk tatanan fundamental masyarakat dilakukan rasionalisasi
musik seperti: penalaan nada, memilih instrumen musik, mencipta modus
dan ritme-ritme. Ahli matematik Pythagoras menjadi orang pertama yang
meneliti perbandingan-perbandingan getaran dawai dan menetapkan
urutan nada-nada yang hingga kini menjadi dasar sistem musik diatonik.
Ketiga, Romawi Kuno, bilamana budaya musikal wilayah
Mediterania timur dicangkok-kan ke dalam wilayah Mediterania barat oleh
kembalinya serdadu-serdau Romawi, maka modifikasi dengan berbagai
selera dan tradisi-tradisi lokal yang ada tak bisa dihindarkan. Modifikasi
nyatanya bahkan hanya lebih menyederhanakan saja dari model-model
yang diadobsi. Tangga nada diatonik (tujuh nada) dijadikan standar
menggantikan struktur-struktur kromatik dan enharmonik dari sistem
musik Yunani. Romawi tidak memiliki kekayaan warisan musikal berupa:
teori akustik, konsep modus, pengelompokan ritme, organologi instrumen
musik, sistem notasi yang meliputi pitch dan durasi, dan banyak repertoar
2. Era Abad Pertengahan/Medieval Era(600-1450)
Meliputi suatu periode masa yang paling panjang terkait dengan
semua kehidupan dan seni untuk pelayanan gereja. Musik untuk
keperluan ibadat, sebagai alat utama untuk memahami karya-karya
Tuhan Allah. Mewarisi modus-modus Yunani, bangsa Romawi yang
kristen mengembangkan modus-modus gereja sebagai sistem tangga
nada yang hingga kini masih digunakan dalam berbagai peribadatan
kristen. Standarisasi dalam berbagai lapangan pengetahuan juga terjadi dalam musik,
biarawan dan teoretikus musik Guido d’Arezzo (ca. 997 –ca. 1050)
merancang sistem menyanyi yang dinamakan ’solmisasi’.
Pemimpin gereja Paus Gregorius I mengatur penggunaan lagu-lagu
pujian untuk peribadatan gereja yang dikenal dengan Gregorian chant

Gaya polifoni sebagai teknologi komposisi yang menggabungkan
dua alur melodi atau lebih memperkaya rasa keindahan musikal
dibandingkan gaya monofon sebelumnya dan cikal-bakal harmoni. Pusat
musik abad ke-14 adalah Italy dengan komposer-komposer penting
seperti Francisco Landini, Giovanni da Cascia, dan Jacopo da Bologna.
Untuk pertama kali di Paris para pencipta musik Léonin dan Perotin yang
notabeneadalah biarawan Katedral Notre-Dame disebut sebagai
komposer-komposer ”Aliran Notre-Dame” (The Notre-Dame School).
Sebuah risalah penting berjudulArs Nova(Seni Baru) oleh Philippe deVitry muncul lebih awal pada abad ke-14 dan sekaligus menunjukkan
bahwa seni yang berkembang sebelumnya menjadi kuno.
3. Era Renaisans (1450-1600)

Berwatak klasik, pengekangan, menahan diri, dan kalem. Selain
tertarik pada kebudayaan Yunani Kuno, juga berkembang humanisme
khususnya di Italia dan fundamentalisme di Eropa Utara, tetapi sarat
dengan penemuan ilmiah. Kebudayaan termasuk musik berkembang baik
di dalam maupun di luar gereja. Manusia seperti telah menemukan
kembali jati dirinya terutama tampak pada idealisme kaum Protestan
yang meyakini bahwa manusia bisa berhubungan langsung dengan
Tuhan-nya. Melodi dan tekstur musik masih menggunakan modus-modus
sebelumnya, tetapi akord-akord mulai disusun dengan cara
menghubungkan melodi-melodi yang menghasilkan konsonan atau
disonan.
Selain musik vokal, era ini ditandai mulainya komposisi solo dengan iringan ansambel instrumental. Selama abad ke-16 musik instrumental merangkak naik cepat terkait dengan perkembangan teknik-teknik permainan instrumen yang idiomatis seperti ritme-ritme beraksen kuat, nada-nada yang diulang-ulang, wilayah nada semakin luas dan panjang, nada-nada yang ditahan dan frase-frase, dan banyak ornamentasi melodi.
Renaisans dapat diartikan sebagai periode dalam Sejarah Eropa
Barat dimana manusia mulai melakukan eksplorasi terhadap dunia, baik
melalui perjalanan atau penjelajahan ke Timur maupun ke Selatan
belahan bumi, tetapi mereka juga gemar mengembangkan ilmu
pengetahuan dan kesenian. Oleh karena pikiran manusia menjadi
semakin bebas, maka musik sekuler mulai muncul dan berkembang pula
musik-musik instrumental yang semula kurang mendapatkan tempat di
lingkungan tradisi gereja. Tetapi musik gereja tetap sangat penting dan
gaya polifonik vokal sangat berkembang pada periode ini. Komposer-
komposer terpenting ialah Josquin des Prés, Orlandus Lassus,

3 komentar: